Sabtu, 10 Desember 2011

Konsep gender


  1. Konsep  gender

Gender dan seks dalam bahasa Inggris mempunyai arti yang sama yaitu “ jenis kelamin”.
Dalam kajian ilmu sosial kata gender dipakai untuk menjelaskan perbedaan laki – laki dan perempuan menurut kategori sosial. Pada konsepnya , gender merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan yang di konstruksi  secara sosial dan budaya  oleh masyarakat. Dalam realitas sosial laki-laki dan perempuan tidak hanya berbeda secara biologis, tetapi berbeda secara sosial.
Fakih ( 1996) mengemukakan sejarah perbedaan gender antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh  banyak hal,  diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi secara sosial atau cultural, melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Melalui proses panjang sosialisasi, gender tersebut akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan. Seolah-olah sifatnya bawaan yang tidak bisa diubah lagi, sehingga pebedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.

Perbedaan antara konsep gender dan konsep seks :

Jenis kelamin
Konsep Seks
Konsep gender
Laki - laki
Penis
Sperma
Jakun
Kumis
Membuahi
Kuat
Rasional
Maskulin
Publik
Kasar
Pemimpin
Mandiri
Perempuan
Vagina
Sel telur
Rahim
Menstruasi
Melahirkan
Menyusui
Lemah
Emosional
Feminin
Domestik
Halus
Yang dipimpin
Tergantung


2. Implikasi perbedaan gender melahirkan ketidakadilan

        Perbedaan atribut  laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan cultural oleh masyarakat menggambarkan hubungan yang asimetris. Bahkan Moore ( 1998) mengemukakan bahwa konsepsi gender antara laki-laki dan perempuan  dapat dirangkaikan sebagai suatu rangkaian dari pasangan yang berlawanan yang berkaitan dengan rangkaian oposisi lainnya. Dengan begitu , laki-laki di asosiasikan sebagai atas, kanan, tinggi, budaya, dan kekuatan, sedangkan perempuan dikaitkan dengan hal; yang sebaliknya , bawah, kiri, enda, alam, dan lema. Dengan kata ,lain atribut gender yang disandangkan  kepada laki-laki jauh  lebih menguntungkan bagi laki-laki dan kehidupan sosialnya dibandingkan  dengan atribut yang disandangkan kepada perempuan.

        Menurut Fakih ( 1996) , perbedaan gender telah melahirkan  berbagai bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities) baik terhadap laki-laki dan terutama terhadap perempuan. Ketidakadilan gender  merupakan  system dan struktur dimana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari system tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan timbulnya ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai  manifestasi ketidakadilan yang ada


  1. Gender dan marjinalisasi perempuan
Proses marjinalisasi yang mengakibatkan kemiskinan sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan Negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai kejadian. Dan salah satunya disebabkan oleh gender.
Ada berbagai jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses marjinalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Banyak studi yang telah dilakukan terkait dengan marjinalisasi perempuan ini

  1. Gender dan subordinasi

Pandangan gender ternyata bias  menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan  bahwa perempuan emosional tidak rasional menyebabkan  perempuan tidak bias tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu.

  1. Gender dan stereotype

Stereotype adalah  penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya stereotype selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu stereotype adalah yang bersumber dari gender. Banyak sekali ketidakadilan  terhadap jenis kelamin tertentu. Umumnya perempuan,yang  bersumber dari penandaan yang dilekatkan kepadanya. Misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan yang bersolek adalah  dalam rangka memancing perhatian laki-laki, maka tiap kasus kekerasan dan pelecehan seksual selalu dikatikan dengan stereotype ini. Bahkan jika ada pemerkosaan yang dialami perempuan, masyarakat berkecenderungan menyalahkan korbannya, Masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami.


  1. Gender dan kekerasan

Kekerasan adalah serangan terhadap fisik  maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berawal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender-related violence. Pada dasarnya  kekerasan berbasis gender ini disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat, banyak macam dan bentuk kejahatan yang dikategorikan sebagai kekerasan gender, diantaranya :
  1. Pemerkosaan terhadap perempuan
  2. Tindakan pemukulan dan serangan fisik  yang terjadi dalam rumah tangga, termasuk tindak kekerasan  dalam bentuk penyiksaan terhadap anak-anak.
  3. Bentuk penyiksaan yang mengarah pada organ kelamin.
  4. Kekerasan dalam bentuk pelacuran.
  5. Kekerasan dalam bentuk pornografi
  6. Jenis kekerasan yang terselubung. Yakni memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan berbagai cara dan kesempatan tanpa kerelaan sipemilik tubuh
  7. Pelecehan seksual.

  1. Gender dan beban kerja

Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta cocok untuk kerja rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestic  rumah tangga menjadi tanggungjawab perempuan. Konsekuensinya, banyak perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan  dan kerapian rumahnya.

Manifestasi ketidakadilan gender dalam bentuk  marjinalisasi ekonomi, subordinasi, kekerasan , stereotype dan beban kerja tersebut terjadi di berbagai tingkatan.
  1. Di tingkat Negara
  2. Di tempat kerja, organisasi  maupun dunia pendidikan
  3. Dalam adat istiadat
  4. Dilingkungan rumah tangga
  5. Ketidakadilan gender yang mengakar di dalam keyakinan dan menjadi ideology  kaum perempuan maupun laki-laki.

  1. Sosialisasi gender

                We born  male of female, but we learn  to masculine of feminine ( laswel dan laswell) dalam Sunarto (2000). Artinya, kita dilahirkan  sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, tetapi kita belajar  untuk menjadi maskulin atau menjadi feminine. Dalam setiap masyarakat dan kebudayaan ada perbedaan peran individu yang diharapkan oleh masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Karena perbedaan-perbedaan tersebut maka sosialisasinya pun berbeda.
Proses sosialisasi yang membentuk persepsi diri dan aspirasi mengenai gender dalam sosiologi dinamakan sosialisasi gender. Adapun agen-agen dalam sosialisasi gender diantanranya adalah;

  1. Keluarga sebagai agen sosialisasi gender

Keluargalah yang mula-mula mengajarkan seorang anak laki-laki untuk menganut sifat maskulin, dan seorang anak perempuan untuk menganut  sifat feminine. Melalui proses pembelajaran gender, yaitu proses pembelajaran  feminitas dan maskulinitas yang berlangsung sejak dini, sesorang mempelajari peran gendernya yang oleh masyarakat dianggap sesuai dengan jenis kelaminnya.

  1. Kelompok bermain sebagai agen sosialisasi gender
Kelompok bermain merupakan  agen sosialisasi yang telah sejak membentuk perilaku dan sikap kanak-kanak yang berbeda  antara laki-laki dan perempuan.Perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan (menurut Lever) akan berpengaruh pada perbedaan kemampuan dan keterampilan serta perannya ketika mereka dewasa kelak. Sosialisasi oleh kelompok bermain menunjukkan bahwa permainan anak laki-laki mempersiapkan mereka mamasuki dunia public, sedangkan permainan anak perempuan  mempersiapkan mereka ke ranah domestic.

  1. Sekolah sebagai agen sosialisasi gender

Sebagai agen sosialisasi gender sekolahpun  menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya yaitu kurikulum. Menurut Moore dan Sinclair  bentu pembelajaran lain yang berlangsung disekolah  adalah apa yang dinamakan dengan kurukulum tersembunyi. Para guru sering memperlakukan  siswa perempuan secara berbeda dengan siswa laki-laki. Perilaku dan sikap yang ditolerir bila dilakukan siswa laki-laki, misalnya ada yang tidak dapat ditolerir bila dilakukan oleh siswa perempuan.

  1. Media massa sebagai agen sosialisasi gender

Media massa sangat berperan dalam sosialisasi gender  baik media cetak maupun media elektronik. Iklan yang mempromosikan berbagai keperluan rumah tangga menampilkan perempuan dalam peran sebagi ibu rumah tangga. Sedangkan iklan yang mempromosikan produk yang merupakan symbol status dan kesuksesan di bidang pekerjaan  menampilkan model laki-laki.

Karena gender disosialisasikan melalui berbaga jalur, mulai dari keluarga, sekolah, media massa, kelompok bermain, dan kebijakan serta program pembangunan. Oleh karena itu semua jalur ini juga dapat dipakai sebagai media sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar