- Konsep gender
Gender dan seks dalam bahasa Inggris
mempunyai arti yang sama yaitu “ jenis kelamin”.
Dalam kajian ilmu sosial kata gender
dipakai untuk menjelaskan perbedaan laki – laki dan perempuan menurut kategori
sosial. Pada konsepnya , gender merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan
yang di konstruksi secara sosial dan
budaya oleh masyarakat. Dalam realitas
sosial laki-laki dan perempuan tidak hanya berbeda secara biologis, tetapi
berbeda secara sosial.
Fakih ( 1996) mengemukakan sejarah
perbedaan gender antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses
yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan
oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan,
diperkuat, bahkan dikontruksi secara sosial atau cultural, melalui ajaran
keagamaan maupun Negara. Melalui proses panjang sosialisasi, gender tersebut
akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan. Seolah-olah sifatnya bawaan yang
tidak bisa diubah lagi, sehingga pebedaan gender dianggap dan dipahami sebagai
kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.
Perbedaan antara konsep gender dan
konsep seks :
Jenis kelamin
|
Konsep Seks
|
Konsep gender
|
Laki - laki
|
Penis
Sperma
Jakun
Kumis
Membuahi
|
Kuat
Rasional
Maskulin
Publik
Kasar
Pemimpin
Mandiri
|
Perempuan
|
Vagina
Sel telur
Rahim
Menstruasi
Melahirkan
Menyusui
|
Lemah
Emosional
Feminin
Domestik
Halus
Yang dipimpin
Tergantung
|
2.
Implikasi perbedaan gender melahirkan ketidakadilan
Perbedaan
atribut laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksi secara sosial dan cultural oleh masyarakat menggambarkan hubungan
yang asimetris. Bahkan Moore ( 1998) mengemukakan bahwa konsepsi gender antara
laki-laki dan perempuan dapat
dirangkaikan sebagai suatu rangkaian dari pasangan yang berlawanan yang
berkaitan dengan rangkaian oposisi lainnya. Dengan begitu , laki-laki di
asosiasikan sebagai atas, kanan, tinggi, budaya, dan kekuatan, sedangkan
perempuan dikaitkan dengan hal; yang sebaliknya , bawah, kiri, enda, alam, dan
lema. Dengan kata ,lain atribut gender yang disandangkan kepada laki-laki jauh lebih menguntungkan bagi laki-laki dan
kehidupan sosialnya dibandingkan dengan
atribut yang disandangkan kepada perempuan.
Menurut
Fakih ( 1996) , perbedaan gender telah melahirkan berbagai bentuk ketidakadilan gender (gender
inequalities) baik terhadap laki-laki dan terutama terhadap perempuan.
Ketidakadilan gender merupakan system dan struktur dimana baik kaum
laki-laki dan perempuan menjadi korban dari system tersebut. Untuk memahami
bagaimana perbedaan gender menyebabkan timbulnya ketidakadilan gender, dapat
dilihat melalui berbagai manifestasi
ketidakadilan yang ada
- Gender dan marjinalisasi perempuan
Proses marjinalisasi yang mengakibatkan
kemiskinan sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan Negara yang
menimpa kaum laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai kejadian.
Dan salah satunya disebabkan oleh gender.
Ada berbagai jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta
mekanisme proses marjinalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Banyak
studi yang telah dilakukan terkait dengan marjinalisasi perempuan ini
- Gender dan subordinasi
Pandangan gender ternyata bias menimbulkan subordinasi terhadap perempuan.
Anggapan bahwa perempuan emosional tidak
rasional menyebabkan perempuan tidak bias
tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam
segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu.
- Gender dan stereotype
Stereotype adalah penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.
Celakanya stereotype selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu
stereotype adalah yang bersumber dari gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu. Umumnya
perempuan,yang bersumber dari penandaan
yang dilekatkan kepadanya. Misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa
perempuan yang bersolek adalah dalam
rangka memancing perhatian laki-laki, maka tiap kasus kekerasan dan pelecehan
seksual selalu dikatikan dengan stereotype ini. Bahkan jika ada pemerkosaan
yang dialami perempuan, masyarakat berkecenderungan menyalahkan korbannya,
Masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani
suami.
- Gender dan kekerasan
Kekerasan adalah serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis
seseorang. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berawal dari
berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu
yang disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias
gender ini disebut gender-related violence. Pada dasarnya kekerasan berbasis gender ini disebabkan oleh
ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat, banyak macam dan bentuk
kejahatan yang dikategorikan sebagai kekerasan gender, diantaranya :
- Pemerkosaan terhadap perempuan
- Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga, termasuk tindak kekerasan dalam bentuk penyiksaan terhadap anak-anak.
- Bentuk penyiksaan yang mengarah pada organ kelamin.
- Kekerasan dalam bentuk pelacuran.
- Kekerasan dalam bentuk pornografi
- Jenis kekerasan yang terselubung. Yakni memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan berbagai cara dan kesempatan tanpa kerelaan sipemilik tubuh
- Pelecehan seksual.
- Gender dan beban kerja
Adanya anggapan bahwa perempuan
memiliki sifat memelihara dan rajin, serta cocok untuk kerja rumah tangga,
berakibat bahwa semua pekerjaan domestic
rumah tangga menjadi tanggungjawab perempuan. Konsekuensinya, banyak
perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumahnya.
Manifestasi ketidakadilan gender dalam bentuk marjinalisasi ekonomi, subordinasi, kekerasan
, stereotype dan beban kerja tersebut terjadi di berbagai tingkatan.
- Di tingkat Negara
- Di tempat kerja, organisasi maupun dunia pendidikan
- Dalam adat istiadat
- Dilingkungan rumah tangga
- Ketidakadilan gender yang mengakar di dalam keyakinan dan menjadi ideology kaum perempuan maupun laki-laki.
- Sosialisasi gender
We born male of female, but we
learn to masculine of feminine (
laswel dan laswell) dalam Sunarto (2000). Artinya, kita dilahirkan sebagai laki-laki atau sebagai perempuan,
tetapi kita belajar untuk menjadi
maskulin atau menjadi feminine. Dalam setiap masyarakat dan kebudayaan ada
perbedaan peran individu yang diharapkan oleh masyarakat antara laki-laki dan
perempuan. Karena perbedaan-perbedaan tersebut maka sosialisasinya pun berbeda.
Proses sosialisasi yang membentuk
persepsi diri dan aspirasi mengenai gender dalam sosiologi dinamakan
sosialisasi gender. Adapun agen-agen dalam sosialisasi gender diantanranya
adalah;
- Keluarga sebagai agen sosialisasi gender
Keluargalah yang mula-mula mengajarkan
seorang anak laki-laki untuk menganut sifat maskulin, dan seorang anak perempuan
untuk menganut sifat feminine. Melalui
proses pembelajaran gender, yaitu proses pembelajaran feminitas dan maskulinitas yang berlangsung
sejak dini, sesorang mempelajari peran gendernya yang oleh masyarakat dianggap
sesuai dengan jenis kelaminnya.
- Kelompok bermain sebagai agen sosialisasi gender
Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang telah sejak membentuk
perilaku dan sikap kanak-kanak yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan.Perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan
perempuan (menurut Lever) akan berpengaruh pada perbedaan kemampuan dan
keterampilan serta perannya ketika mereka dewasa kelak. Sosialisasi oleh
kelompok bermain menunjukkan bahwa permainan anak laki-laki mempersiapkan
mereka mamasuki dunia public, sedangkan permainan anak perempuan mempersiapkan mereka ke ranah domestic.
- Sekolah sebagai agen sosialisasi gender
Sebagai agen sosialisasi gender
sekolahpun menerapkan pembelajaran
gender melalui media utamanya yaitu kurikulum. Menurut Moore dan Sinclair bentu pembelajaran lain yang berlangsung
disekolah adalah apa yang dinamakan
dengan kurukulum tersembunyi. Para guru sering
memperlakukan siswa perempuan secara
berbeda dengan siswa laki-laki. Perilaku dan sikap yang ditolerir bila
dilakukan siswa laki-laki, misalnya ada yang tidak dapat ditolerir bila
dilakukan oleh siswa perempuan.
- Media massa sebagai agen sosialisasi gender
Media massa sangat berperan dalam sosialisasi
gender baik media cetak maupun media
elektronik. Iklan yang mempromosikan berbagai keperluan rumah tangga
menampilkan perempuan dalam peran sebagi ibu rumah tangga. Sedangkan iklan yang
mempromosikan produk yang merupakan symbol status dan kesuksesan di bidang
pekerjaan menampilkan model laki-laki.
Karena gender disosialisasikan melalui
berbaga jalur, mulai dari keluarga, sekolah, media massa, kelompok bermain, dan kebijakan serta
program pembangunan. Oleh karena itu semua jalur ini juga dapat dipakai sebagai
media sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar