Sabtu, 10 Desember 2011

karakteristik intelegensi


William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.

Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
a. Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”.
c. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.

Ciri-ciri intelegensi yaitu :
1. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya

Pada periode remaja intelegensi berkembang semakin berkualitas dengan bertambahnya kemampuan remaja untuk menganalisis dan memikirkan hal-hal yang abstrak, akibatnya remaja makin kritis dan  dapat berfikir dengan baik. Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh teori-teori dan ide sehingga menimbulkan sikap kritis terhadap lingkungannya.
Sebagai akibat remaja telah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, maka pola piker remaja menunjukkan kekhususan sebagai berikut:
  1. Timbul kesadaran berfikir tentang berbagai kemungkinan tentang dirinya.
  2. Mulai memikirkan bayangan tenang dirinya pada masa yang akan dating.
  3. Mampu memahami norma dan nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya.
  4. Bersifat kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi
  5. Mampu menggunakan teori-teori dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
  6. Dapat mengasimilasikan fakta-fakta baru dan fakta-fakta lama
  7. Dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting
  8. Mampu mengambil manfaat dari pengalaman
  9. Makin berkembangnya rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengannya
  10. Mulai mampu berfikir tentang masalah yang tidak konkret, seperti pilihan pekerjaan, kelanjutan studi dan perkawinan.
  11. Mulai memilih pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

Taraf kecerdasan masing-masing individu tidak sama, ada yang rendah, sedang dan tinggi.
Binet dan WAIS-R mengemukakan pengklasifikasian intelegensi sebagai berikut:

IQ
Persentase
Klasifikasi
160 - 169
0,03

Sangat superior
150 – 159
0,20
140 – 149
1,10
130 – 139
3,10
Superior
120 – 129
8,20
110 – 119
18,10
Rata-rata tinggi
100 – 109
23,50
Rata-rata normal
90 – 99
23,00
80 - 89
14,50
Rata-rata rendah
70 – 79
5,60
Batas lemah
60 – 69
2,00


Lemah mental
50 – 59
0,40
40 – 49
0,20
30 - 39
0,03
·         Distribusi IQ untuk  kelompok standarisasi Tes Binet : Tahun 1937 ( dalam Saifuddin Azwar, 1996)

IQ
Persentase
Klasifikasi
Teoritis
Sample
≥ 130
2.2
2.6
Sangat superior
120 – 129
6.7
6.9
Superior
110 – 119
16.1
16.6
Diatas rata-rata
90 – 109
50.0
49.1
Rata-rata
80 – 89
16.1
16.1
Dibawah rata-rata
70 – 79
6.7
6.4
Batas lemah
≤ 69
2.2
2.3
Lemah mental
·         Distribusi peresentase IQ untuk sample standarisasi WAIS-R tahun 1981
(dalam Saifuddin Azwar , 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar