William Stern mengemukakan batasan
sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan
tujuannya.
William Stern berpendapat bahwa
intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau
lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita
ketahui bahwa:
a. Intelegensi itu ialah faktor total berbagai
macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran,
perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari
tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita
ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”.
c. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya
kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan
dan pendidikan pun memegang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa
dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan
cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
Ciri-ciri intelegensi yaitu :
1. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati
secara langsung).
2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah
pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul
daripadanya
Pada periode remaja intelegensi
berkembang semakin berkualitas dengan bertambahnya kemampuan remaja untuk
menganalisis dan memikirkan hal-hal yang abstrak, akibatnya remaja makin kritis
dan dapat berfikir dengan baik. Pikiran
remaja sering dipengaruhi oleh teori-teori dan ide sehingga menimbulkan sikap
kritis terhadap lingkungannya.
Sebagai akibat remaja telah mampu
berfikir secara abstrak dan hipotesis, maka pola piker remaja menunjukkan
kekhususan sebagai berikut:
- Timbul kesadaran berfikir tentang berbagai kemungkinan tentang dirinya.
- Mulai memikirkan bayangan tenang dirinya pada masa yang akan dating.
- Mampu memahami norma dan nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya.
- Bersifat kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi
- Mampu menggunakan teori-teori dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
- Dapat mengasimilasikan fakta-fakta baru dan fakta-fakta lama
- Dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting
- Mampu mengambil manfaat dari pengalaman
- Makin berkembangnya rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengannya
- Mulai mampu berfikir tentang masalah yang tidak konkret, seperti pilihan pekerjaan, kelanjutan studi dan perkawinan.
- Mulai memilih pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
Taraf kecerdasan masing-masing individu tidak sama,
ada yang rendah, sedang dan tinggi.
Binet dan WAIS-R mengemukakan pengklasifikasian
intelegensi sebagai berikut:
IQ
|
Persentase
|
Klasifikasi
|
160 - 169
|
0,03
|
Sangat superior
|
150 – 159
|
0,20
|
|
140 – 149
|
1,10
|
|
130 – 139
|
3,10
|
Superior
|
120 – 129
|
8,20
|
|
110 – 119
|
18,10
|
Rata-rata tinggi
|
100 – 109
|
23,50
|
Rata-rata normal
|
90 – 99
|
23,00
|
|
80 - 89
|
14,50
|
Rata-rata rendah
|
70 – 79
|
5,60
|
Batas lemah
|
60 – 69
|
2,00
|
Lemah mental
|
50 – 59
|
0,40
|
|
40 – 49
|
0,20
|
|
30 - 39
|
0,03
|
·
Distribusi IQ untuk
kelompok standarisasi Tes Binet : Tahun 1937 ( dalam Saifuddin Azwar,
1996)
IQ
|
Persentase
|
Klasifikasi
|
|
Teoritis
|
Sample
|
||
≥ 130
|
2.2
|
2.6
|
Sangat superior
|
120 – 129
|
6.7
|
6.9
|
Superior
|
110 – 119
|
16.1
|
16.6
|
Diatas rata-rata
|
90 – 109
|
50.0
|
49.1
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
16.1
|
16.1
|
Dibawah rata-rata
|
70 – 79
|
6.7
|
6.4
|
Batas lemah
|
≤ 69
|
2.2
|
2.3
|
Lemah mental
|
·
Distribusi peresentase IQ untuk sample standarisasi WAIS-R
tahun 1981
(dalam Saifuddin Azwar , 1996)
(dalam Saifuddin Azwar , 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar