Lelah, lebih dari
tujuh tahun aku seperti anak panah yang tak tahu harus mluncur ke arah mana. Kompas
ku sudah tak befungsi lagi sepertinya. Pepohonanpun enggan bergerak hingga
tiada angin yang sekurang-kurangnya bisa menerbangkan anganku untuk berkumpul lagi
dengan orang-orang yang ku cintai... sesekali
aliran air itu melambaikan tangannya, mengajakku untuk bergabung dengan mereka..
tapi tidak.. aku tidak akan mau. Bahkan untuk tersenyum membalas keramahannya saja
aku tak sudi.
Arus itu,bening,
dia sangat menipu. Dan aku tak mau lagi terjebak pada bening airnya. Bening, tapi
menghanyutkan. Menghanyutkan keluargaku hingga sampai ke lubuk yang tak kami
kenali. Sialnya lagi, arus itu mengantarkan kami pada empat lubuk yang berbeda.
ibu, aku kedinginan, peluk aku ,,,,,,,,
Ayah, aku tak bisa berenang, tolong aku,,,,, kakak, aku kesepian,, temani aku......
Ibu dimana???
Ayah dimana???
Kakak dimana???
Takkah kalian
mendengar jeritan ini? .... jemput aku...... Terlalu banyak goresan ranting basah
yang melukai tubuhku. aku jua tak tahu, bersihkah air ini?? ...
hari sudah
semakin senja ibu.... langit sudah semakin gelap ayah.... angin sudah semakin
kencang kakak..
Jemput aku.......
aku tak mau tenggelam di tempat ini sendiri ............