Celengan itu masih saja menatapku .Tatapannya
kosong. Entah apa maksud yang tersirat dibalik tatapan itu. Lalu ku putar posisi tubuhku ke arah cermin, kali ini
cermin hanya diam dihadapanku. Tak ada senyuman seperti hari sebelumnya. Jarum
jam terus berputar. Dan mentari seolah hanya menampakkan cahaya sesaat yang
kemudian digantikan oleh rembulan.
Hari ini aku seperti air yang
mengalir. Terserah arus mau membawanya kemana. Bersatu bersama sampah-sampah
yang hanyut. Bergelut bersama ikan. Dan menghantam batu-batu besar.
Tidak berbaring, tidak jua
berdiri. Tidak diam, juga tidak
bergerak.
Inilah liburanku di hari ketiga.
Tidak melakukan apa-apa. Bukan tidak tau, atau tidak mau. Hanya melihat dan
mendengar. Biarkan otak ini berfikir, biarkan hati ini merasa. Apa yang telah
aku lakukan di hari kemarin? Apa yang sedang aku lakukan hari ini? Apa yang
akan ku lakukan hari esok? Mungkinkah aku bisa melintasi pelangi dan menerjang
awan untuk bisa memetik satu bintang di angkasa itu???????? Kemudian
membungkusnya dalam sebuah kado dengan pita yang cantik, lalu ku persembahkan
kepada kedua orang tuaku… Bagiku itu lebih dari sekedar mimpi yang hanya
menemani di saat mata ini tertutup rapat ….
Tapi melihat hari ini, aku yang hanya seperti patung yang bernafas,
semua menjadi seperti sebuah khayalan. Yang timbul di kala mata terbuka lebar.
Hanya sebuah pembenaran. Malam ini bintang
itu masih saja memanggilku. Dan hujan turut
hadir menemani percakapan antara aku dan bintang itu. Ya.. tadinya hujan memang turun,sekarang walau
hujan sudah reda ,tentunya aku tak melihat pelangi yang akan menjembatani ku
menuju angkasa itu. Malam dan pastinya gelap. Alasan yang cukup masuk akal menurutku
kenapa aku tak juga beranjak dari tempat ini.
Tapi, bukan berarti besok pembenaran
ini muncul lagi di hadapanku. Karena dengan keyakinanku, suatu saat nanti
bintang itu akan petik dengan tanganku sendiri….
Minggu, 18 desember 2011 (22:22 wib)