Sabtu, 10 Desember 2011

pendidikan ilmu sosial (PIS)


A. Tujuan pendidikan  ilmu pengetahuan sosial
 pendidikan IPS ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society).
IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang interdependen.
 Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital. Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:
1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.
2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan "dunianya".
3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.
4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5
5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.
 Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996) merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut ialah:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
2. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).
Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS . Kelima perspektif tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain. Kelima perspektif tersebut ialah:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
2. IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial.
3. IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry).
4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang rasional.
 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan keidupan bangsa ,
6
 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Siswa membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal dunia luar yang luas dan juga tentang dunia lingkungannya yang sempit. Siswa perlu memahami hal-hal berkaitan dengan individunya, lingkungannya, masa lalu, masa kini, dan masa datang. Kesadaran akan pentingnya hubungan antara bahan IPS (social studies content), ketrampilan, dan konteks pembelajaran (learning contexs) dapat membatu kita untuk mengembangkan suatu IPS yang kuat kadar inquiri sosialnya.  Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Ketrampilan mendapatkan dan mengolah data
2. Ketrampilan menyampaikan gagasan, argumen, dan cerita
3. Ketrampilan menyusun pengetahuan baru                                               
4. Ketrampilan berpartisipasi di dalam kelompok.
Dalam hubungannya dengan nilai dalam pendidikan IPS, seorang guru harus mendorong anak untuk aktif bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Guru perlu memotivasi anak untuk memiliki sikap yang baik. Sangatah penting bagi seorang guru mendorong anak untuk memiliki sikap yang baik, karena dengan menciptakan pengalaman-pengalaman di dalam kelas siswa diharapkan akan melakukan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya.               
B. Pengembangan kurikulum ilmu pengetahuan sosial
Ada sejumlah pengertian kurikulum menurut para ahli. Namun, pada umumnya kurikulum terkait dengan pengalaman yang harus dikuasai dan
7
rencana serta target yang perlu dicapai.
Pengertian kurikulum lebih mudah dipahami, lebih lengkap dan lebih jelas ketika dirumuskan dalam konteks tertentu.
 Menurut UU No.20/2003 tentang Sisdiknas kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
 Sedikitnya ada tiga model kurikulum yang sudah banyak dikenal cara teoritis dan praktis. Tiga model pengembangan kurikulum tersebut meliputi model tujuan (objectives model) dari Tyler (1949); model interaksi (interaction model) yang dikembangkan oleh Hilda Taba (1962) dan Cohen (1974); dan model proses (process model) yang dikembangkan oleh Laurie Brady (1990). Secara embrionik kurikuler PIPS di lembaga pendidikan formal atau sekolah di Indonesia pernah dimuat dalam Kurikulum tahun 1947, Kurikulum berpusat mata pelajaran terurai tahun 1952, Kurikulum tahun 1964, dan Kurikulum 1968.
 Baru dalam Kurikulum tahun 1975, Kurikulum 1984, dan Kurikulum tahun 1994, PIPS telah menjadi salah satu mata pelajaran yang berdiri sendiri pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang disesuaikan dengan karakteristik/kebutuhan peserta didik.
 Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka tidak ada lagi kurikulum yang bersifat terpusat (kurikulum nasiona). Dapat dilihat bahwa pengembangan materi pembelajaran ips yaitu: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan.
8
Artinya, berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya untuk kepentingan pendidikan.
IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-disiplinary. Ada tiga sumber yang dapat diidentifikasi dalam mengorganisasikan sumber IPS, yakni: (1) “informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada; (2) the formal disciplines meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa; (3) theresponses of pupils ialah tanggapan-tanggapan siswa baik yang berasal dari “informal content” (events) maupun dari “formal disciplines” (studies).
C. Strategi pembelajaran kognitif ips
perilaku kognitif yang paling sederhana. Penggunaan istilah-istilah dalam pelajaran IPS memang tidak dapat dihindari, bahkan dapat dikatakan pelajaran IPS kaya dengan istilah, oleh karena itu istilah-istilah dalam IPS harus siap dipanggil kembali dari memori siswa. Untuk mempermudah memori tersebut mudah dipanggil kembali maka pembelajarannya harus ada keterkaitan dengan dunia anak.
Cara yang bisa dilakukan ialah dengan mnemonic, membuat web, graphic organizer, dan jalinan sebab akibat. Untuk melatih tingkat kognitif yang levelnya lebih tinggi dapat digunakan pembelajaran dengan inquiry. Pembelajaran dengan inquiry adalah pengajaran yang membantu siswa untuk menguji pertanyaan-pertanyaan, issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa dan sekaligus menjadi perhatian guru.

9
Inquiry dapat dilakukan dengan cara: percobaan (experiment), studi kepustakaan (library research), wawancara (interview),
dan penelitian produk (product investigation). Pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana secara teknik menggunakan asas kerjasama dalam sebuah kelompok belajar . Teknik pembelajaran ini diterapkan dalam kelas dimana siswa dalam satu kelas dibagikedalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang atau lebih saling berpasangan untuk bertukar pendapat serta saling membantu satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik di antaranya adalah : a) Siswa bekerja di dalam suatu kelompok untuk belajar materi akademis. b) Setiap anggota diatur terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda ( seperti rendah,sedang dan tinggi ) serta memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lain. c) Siswa aktif berinteraksi satu sama lain,berkomunikasi,berdiskusi,berdebat atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain secara kerjasama. d) Siswa dilatih untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. e) Siswa dituntut dapat memilki keterampilan berkomunikasi, seperti menyampaikan pendapat / berargumen.
D. Media pembelajaran ips
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media.
 Anak-anak yang peka dan auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi IPS diantaranya : (1) Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data dan lain-lain;
10
(2) Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset;
(3) Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dan sebagainya; (4) Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain; (5) Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain; (6) Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur; (7) Peristiwa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral.
E. Pendidikan Multikultural dalam IPS
Pendidikan multikultural dapat diintegrasikan ke dalam IPS antara lain dengan cara: a) mengintegrasikannya ke dalam kurikulum IPS, b) melalui pengembangan buku IPS, c) melalui penerapan proses belajar mengajar berbasis nilai, cooperative learning, dan demokratis, d) diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, e) melalui penataan lingkungan kelas dan sekolah, dan f) melalui kebijakan sekolah yang mendukung.
Beberapa hal yang berkaitan dengan Pendidikan Global dalam IPS adalah sebagai berikut:
 Gejala globalisasi menurut Lee F Anderson terlihat jelas dalam berbagai hal, meliputi:
1.evolusi sistem komunikasi dan transportasi global,
2.menyatunya ekonomi lokal, regional dan nasional ke dalam ekonomi global yang luas,
3.interaksi yang meningkat antara masyarakat menghasilkan budaya global
4.kemunculan sistem internasional yang luas yang mengikis batas-batas tradisional antara politik dalam negeri dan internasional,
5.dampak yang meningkat dari kegiatan manusia terhadap ekosistem bumi dan hambatan yang meningkat terhadap kegiatan manusia yang ditentukan oleh keterbatasan sistem,

11
6.kesadaran global yang meluas yang meningkatkan kesadaran identitas kita s      ebagai anggota spesies manusia.
National Council for the Social Studies (NCSS) mengemukakan bahwa pendidikan global merujuk pada upaya menanamkan pada generasi muda suatu pandangan (perspektif) dunia yang menekankan saling keterkaitan antara budaya, spesies manusia, dan bumi.
·         Menurut Tye pendidikan global mempelajari tentang masalah-masalah global yang melintasi batas-batas suatu negara, dan tentang saling keterkaitan sistem ekologi, budaya, ekonomi politik, dan teknologi.
·         Kehidupan global akan menuntut suatu perubahan dalam pendidikan bagi generasi muda. Pendidikan tersebut harus memberikan bukan hanya pemahaman dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam masyarakat global saat ini, tetapi juga kemampuan untuk menghadapi realitas masa depan dan menghargai realitas masa lalu.                                                        
Pendidikan global memiliki tujuan bagi bagi siswa maupun bagi para guru. Steven Lamy mengidentifikasi empat tujuan intelektual bagi guru pendidikan global, yaitu: 1) perolehan pengetahuan dari perspektif yang beranekaragam, 2) eksplorasi pandangan dunia, 3) pengembangan keterampilan analitis dan evaluatif, dan 4) strategi untuk partisipasi dan keterlibatan.
·          Skeel mengemukakan tujuan atau hasil utama dari pendidikan global adalahsiswa dapat mengembangkan kemampuan mempersepsikan dunia sebagai suatu masyarakat manusia yang saling bergantung yang dibentuk oleh budaya-budaya yang lebih banyak mempunyai kesamaan daripada perbedaannya.
·          Ha-hal atau materi yang dapat diberikan melalui pendidikan global menurut Merryfield antara lain meliputi: 1) keyakinan dan nilai manusia, 2) sistem global, 3) isu dan masalah global,
12
 4) sejarah global,
5) saling pengertian/interaksi lintas budaya, 6) kesadaran akan pilihan manusia, 6) perkembangan keterampilan analisis dan evaluatif, dan strategi untuk partisipasi dan keterlibatan.
·         Engene H Wilson mengemukakan beberapa metode dalam mengajarkan
pendidikan global melalui IPS, yakni meliputi: pengajuan masalah dan pemecahan masalah, belajar dengan interaksi dan kerjasama (cooperative learning), kesadaran perpsektif dan perspektif beragam, negosiasi dan mediasi.
F.   Evaluasi
Penilaian mata pelajaran IPS adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran IPS. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran IPS. Fokus penilaian IPS adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi IPS yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang Standar Isi (SI).
Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006.
 Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek kognitif berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata pelajaran IPS berdasarkan pada kisi-kisi tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditetapkan dalam
13
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Istilah “skala sikap” yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “attitude scale” merupakan salah satu alat penilaian non tes dalam pembelajaran.
Penilaian sikap sebagai salah satu jenis daftar pencatatan laporan diri hasil pembelajaran di kelas sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan sikap peserta didik. Banyak sikap peserta didik yang dapat dinilai, seperti sikap terhadap aktivitas belajar, buku pelajaran, ekstrakurikuler, belajar di laboratorium, metode pelajaran tertentu atau terhadap pelajaran IPS itu sendiri. Informasi yang berkaitan dengan sikap tentu diperoleh melalui pengamatan namun penilaian yang lebih lengkap dapat dilengkapi dengan laporan tentang perasaan dan pendapat para peserta didik.
 Model skala sikap yang banyak dikenal baik untuk kebutuhan penilaian pembelajaran maupun penelitian adalah skala Likert (Likert Scale). Salah satu keunggulan jenis skala sikap ini sehingga banyak digunakan secara luas karena metode ini dapat menilai sikap baik atau tidak baik melalui pernyataan yang diajukan kepada peserta didik untuk dijawab. Jawaban yang disediakan meliputi pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Observasi adalah pengamatan, yakni proses penilaian melalui pengamatan obyek tertentu dalam hal ini adalah peserta didik selama proses pembelajaran IPS berdasarkan instrumen tertentu.
Pengamatan dalam pembahasan ini merupakan salah satu cara penilaian non tes untuk menilai aspek kemampuan peserta didik yang paling tepat karena tidak dapat dilakukan dengan penilaian tes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar