Lama sekali aku tak menulis. Lebih dari satu minggu.
Banyak cerita yang ingin ku sampaikan disini. Di tempat curhat ku yang tidak
pernah bosan dengan ceritaku. Apapun itu.
Aku masih ingat, malam itu di ketinggian kota Padang, aku
bersama sahabat-sahabat ku, para kader HmI dari komisariat-komisariat se-UNP,
bersorak riang sambil bertepuk gembira. Ketika hujan datang, berhamburan masuk
ke tenda. Dan sesaat kemudian hujan reda. Berlarian lagi keluar tenda . Memetik
gitar dengan asal karena memang aku gak bisa main gitar. Memanjat batu yang
sangat besar dan menimati pemandangan kota Padang dari timur ke barat.
Selepas kehangatan itu, keesokan malamnya aku mengikuti musyawarah
besar Badan pengelola latihan himpunan mahasiswa islam (MUBES BPL HmI) cabang
Padang di wisma tercinta, Jl. Hang Tuah 158. Tiga malam berturut-turut. Belajar
dan berproses bersama orang-orang “hebat” (menurutku) .
Seusai mubes, terasa
sangat sakit tangan ini. Tapi kepada siapa aku akan cerita. Pagi itu yang
kebetulan aku sudah janji menemani ibu periksa ke dokter akan penyakitnya, ya
sudah sekalian periksa tanganku.
Tapi gak tahunya, dokter
bilang tanganku harus di operasi. Mau gak mau. Aku harus dirawat di
rumah sakit untuk beberapa hari.
Sakit, haru, sedih, cemas, juga bahagia. Semuanya bercampur jadi
satu. Sakit, itu pasti. Aku yang sangat takut dengan jarum suntik, harus pasrah
ketika benda angker itu menusuk dagingku minimal dua kali sehari. Teriak
kesakitanku pun seolah tak didengar oleh perawat itu. Belum lagi ketika darahku
mengalir di selang infus nya.. gak sakit sich,tapi ngeri ngliatnya.. iiiiiiii………………….
Banyak ketakutan yang menghantuiku…
Tapi aku bangga. Aku punya saudara yang sangat peduli denganku.
Teman-temanku para kader hijau hitam silih berganti membezukku. Sejak hari
pertama hingga aku pulang. Baik siang maupun malam. Bahkan diantara mereka ada
yang tidur di rumah sakit untuk menjagaku. Merawatku lebih dari perawat
sungguhan. Haru, bangga, bahagia mampu menghilangkan rasa sakit ini. Yach, aku
menemukan keluarga baru disini. Ada dikala senang maupun susah. Tau tanpa
dikasih tau. Hadir tanpa diminta. Itulah mereka.
Sore itu aku diizinkan pulang oleh dokter. Sedikit lega. Setidaknya
gak ada lagi orang-orang bersimbah darah , meraung kesakitan dan sebagainya di
rumahku. Lagipula aku rindu dengan kamarku. Dengan boneka ku. Dengan
kucing-kucingku.
Tapi ternyata aku tidak bisa menikmati semua keindahan yang ada
di rumah. Tangan kananku masih belum bisa difungsikan. Yach, semua serba
kiri. Mandi , menulis , dan lain-lain.
Benar adanya, nikmat sehat itu terasa disaat sakit. Tak sabar aku ingin menari
seperti dulu lagi. Setidaknya jemari ini saja yang menari di atas laptop. Canggung
yang teramat sangat. Apa yang ku lakukan jadi serba lambat. Sangat lambat
malahan. Belum lagi aku yang harus
selalu berhati-hati agar tangan kanan ku
tak terbentur dengan benda apapun. Juga masalah makan yang terlalu ribet. Gak
boleh makan ini itu. Dan yang pasti aku gak bisa pergi liburan seperti
teman-teman yang lain. Saatnya aku menguji kesabaranku sendiri. Berhenti
mengeluh. Dan menikmati kehidupanku yang baru yang sementara tentunya (semoga).
Banyak pelajaran yang ku petik dari cerita ini. Tentang hari
esok yang tiada satupun tau apa yang akan terjadi. Selalu bersyukur, Betapa
besarnya nikmat sehat itu. Arti persaudaraan. Tetap kuatkan hati dalam keadaan
bagaimanapun, dan banyak lainnya,,,
Bersyukur, ikhlas, yakin usaha sampai . Allah bersama kita
semua.
Aku pasti bisa melalui ini semua. Aamiin….